Jadi Relawan Harus Kuat Fisik dan Mental, Caci Maki dari Korban yang Ditolong Sudah Biasa

Mashuri, koordinator lapangan SAR Mapala Samarinda (pry)

SAMARINDA – Selama bencana banjir di Samarinda banyak orang turun ke lapangan untuk menjadi relawan dan membantu para korban bencana. Tak terkecuali relawan dari SAR Mapala Samarinda yang ikut turun ke lapangan membantu Basarnas dan relawan lainnya.

Anggotanya sendiri sebagian besar mahasiswa. Rupanya, selain membutuhkan tenaga, menjadi relawan juga membutuhkan kebesaran hati.

Bahkan caci maki dari beberapa korban banjir yang dibantu pun sering mereka terima.

“Caci maki ada tapi kami mengerti. Pas hari pertama Di Bengkuring kemarin kami sempat disumpah-sumpahin karena merasa dilewatkan (bantuan),” ungkap Mashuri, koordinator lapangan SAR Mapala Samarinda, Jumat (29/5/2020).

Meski begitu, mereka tetap ikhlas membantu, karena menurut Mashuri dan relawan lainnya, ada kenikmatan tersendiri bagi dirinya bersama kawan-kawan relawan lainnya usai membantu orang lain. Terlebih saat bantuan yang dititipkan donatur, tersalurkan kepada korban yang membutuhkan.

Selain itu, meski bencana banjir menjadi bencana tahunan, menurutnya tahun ini terasa berbeda. Hal ini dikarenakan bencana banjir berdampingan dengan pandemi Covid-19.

Tidak hanya mental, fisik mereka sebagai relawan harus terus terjaga. Bekerja sampai malam hingga pagi demi memenuhi kebutuhan warga yang terdampak banjir.

Mereka pun tetap menyiapkan vitamin maupun obat-obatan ketika bertugas yan juga didapatkan dari donatur.

“Kami sampai punya slogan 25 jam Kami selalu siap,” serunya.

Para relawan masih bersemangat untuk membantu sesama menangguli bencana di Samarinda. Mereka pun berharap seluruh element bisa saling memahami dan membantu satu dengan lainnya. (pry)

Share

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *