
Samarinda – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mulai diterapkan di beberapa sekolah di Samarinda mendapat tanggapan beragam dari berbagai kalangan.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi I DPRD Samarinda, Samri Shaputra, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima berbagai aspirasi dari masyarakat terkait kebijakan ini. Banyak warga menilai bahwa program pendidikan gratis lebih dibutuhkan dibandingkan dengan makan gratis yang hanya memberikan manfaat sementara.
“Iya, kami sudah menerima aspirasi dari masyarakat. Mereka tidak membutuhkan makan gratis, tapi lebih memerlukan pendidikan gratis,” ujar Samri saat diwawancarai di Gedung DPRD Samarinda, Jalan Basuki Rahmat, belum lama ini.
Sebagai informasi, program MBG saat ini masih dalam tahap uji coba di delapan sekolah di Samarinda dengan total 3.005 siswa sebagai penerima manfaat. Program ini diterapkan di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK, SD, SMP, SMK, hingga pesantren.
Namun, Samri menilai bahwa alokasi anggaran yang besar untuk program ini perlu dievaluasi. Ia juga mempertanyakan apakah anggaran Rp10-Rp15 ribu per porsi makanan cukup untuk memenuhi standar gizi siswa secara optimal.
“Program makan gratis ini masih kontroversial. Kalau pemerintah mau merevisi program ini, kami setuju. Anggarannya bisa dialihkan ke program lain, misalnya pendidikan gratis, yang lebih masuk akal,” tegasnya.
Politikus PKS itu berharap program MBG tidak sekadar menjadi janji politik, tetapi benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
“Kami akan terus mengawal kebijakan ini agar anggaran yang digunakan benar-benar efisien dan berdampak langsung pada kesejahteraan warga Samarinda,” pungkasnya. (Adv/Df)