Pabrik Baterai EV di Karawang Diproyeksikan Kurangi Impor BBM Hingga 300 Ribu KL per Tahun

Foto : Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia. Sumber : Istimewa.
Foto : Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia. Sumber : Istimewa.

Jakarta, Kaltimedia.com — Pemerintah menargetkan pengurangan signifikan dalam impor bahan bakar minyak (BBM) lewat pengembangan industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa keberadaan pabrik baterai EV di Karawang, Jawa Barat, berpotensi menghemat impor BBM hingga 300 ribu kiloliter (KL) per tahun.

“Kalau kapasitas produksi baterai sudah mencapai 15 GWh, kita bisa hemat sekitar 300 ribu KL BBM setiap tahunnya,” ujar Bahlil pada Minggu (30/6), dikutip dari Tempo.

Lebih lanjut, dirinya menjelaskan, untuk kendaraan listrik, kapasitas produksi ini nantinya juga akan mendukung kebutuhan energi baru terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Jika pasar terus berkembang, kapasitas produksi baterai diharapkan bisa ditingkatkan hingga 40 GWh.

“Dengan pasar baterai PLTS yang juga meningkat, kita bisa dorong kapasitas sampai 40 GWh,” lanjutnya.

Dengan kapasitas 15 GWh, pabrik tersebut diperkirakan mampu menyuplai kebutuhan baterai bagi sekitar 300 ribu unit mobil listrik.

Presiden RI Prabowo Subianto turut hadir dalam acara tersebut untuk meresmikan pembangunan proyek besar ini. Proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), serta konsorsium global CATL, Brunp, dan Lygend (CBL).

Total ada enam proyek yang tergabung dalam ekosistem industri baterai ini. Lima di antaranya berlokasi di Halmahera Timur, sedangkan satu proyek utama, yaitu pabrik baterai EV, dibangun di atas lahan seluas 43 hektare di Karawang.

Pabrik di Karawang akan dikelola oleh PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB), perusahaan patungan antara IBC dan CBL anak usaha dari raksasa baterai dunia, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL). Fase pertama pembangunan ditargetkan menghasilkan kapasitas 6,9 GWh, yang kemudian akan ditingkatkan menjadi 15 GWh pada fase kedua. Operasi komersial dijadwalkan mulai akhir tahun 2026.

Sementara itu, pengembangan industri di Halmahera Timur dilakukan oleh PT Feni Haltim (PT FHT), perusahaan hasil kerja sama ANTAM dan Hong Kong CBL Limited (HK CBL). Proyek di kawasan tersebut meliputi pertambangan nikel, pembangunan smelter pirometalurgi dengan kapasitas 88.000 ton refined nickel alloy per tahun (ditargetkan rampung 2027), serta smelter hidrometalurgi dengan kapasitas 55.000 ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun (2028).

Lebih lanjut, akan dibangun pula pabrik bahan katoda Nickel Cobalt Manganese (NCM) dengan kapasitas 30.000 ton per tahun dan fasilitas daur ulang baterai yang dirancang mampu menghasilkan 20.000 ton logam sulfat dan lithium karbonat per tahun pada 2031. (Ang)

Share

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *