Serangan Terbaru Israel di Gaza Tewaskan Sedikitnya 60 Orang, Gencatan Senjata Masih Samar

Foto : Kondisi Gaza akibat diserang oleh Israel. Sumber : Istimewa.
Foto : Kondisi Gaza akibat diserang oleh Israel. Sumber : Istimewa.

Gaza, Kaltimedia.com – Sedikitnya 60 warga Palestina tewas dalam salah satu serangan paling mematikan oleh Israel di Jalur Gaza pada Senin (30/6/2025), di tengah desakan internasional untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung sejak Oktober 2023.

Serangan itu terjadi bertepatan dengan rencana pejabat senior Israel bertolak ke Washington guna membahas upaya gencatan senjata yang didorong Amerika Serikat.

Seruan agar konflik dihentikan kembali menggema setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan pernyataan keras sehari sebelumnya.

“Buat kesepakatan di Gaza, dapatkan kembali para sandera,” ujarnya.

Menyusul seruan itu, Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer, orang kepercayaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dijadwalkan melakukan pertemuan dengan pejabat AS di Washington pada Selasa (1/7) untuk membahas situasi di Gaza dan isu Iran, menurut sumber Reuters di Washington.

Namun kenyataan di lapangan berkata lain. Di saat diplomasi berlangsung, Gaza terus diguncang serangan. Militer Israel pada Senin kembali mengeluarkan perintah evakuasi bagi warga di sejumlah distrik besar di wilayah utara Gaza, memicu gelombang pengungsian baru.

“Ledakan tidak pernah berhenti. Mereka membombardir sekolah dan rumah. Rasanya seperti gempa,” ungkap Salah, 60 tahun, warga Gaza yang harus menyelamatkan lima anaknya di tengah kekacauan.

Duka yang sama juga dirasakan Amani Swalha, seorang perempuan pengungsi yang berdiri di reruntuhan sekolah.

“Kami bukan hanya angka atau gambar. Kami ingin hidup, dan hidup dengan bermartabat, bukan seperti ini dalam kehinaan,” ujarnya.

Serangan Israel dilaporkan menyasar berbagai lokasi padat penduduk, termasuk empat sekolah yang sebelumnya dijadikan tempat perlindungan. Penduduk mengaku telah menerima peringatan evakuasi sebelum sekolah-sekolah itu dibom.

Menurut otoritas kesehatan Palestina, setidaknya 58 orang tewas pada hari Senin, termasuk 10 di kawasan Zeitoun, Kota Gaza, dan 13 lainnya di bagian barat daya kota. Di antara korban, terdapat perempuan, anak-anak, dan seorang jurnalis lokal. Serangan udara di sebuah kafe tepi pantai bahkan menewaskan 22 orang dalam satu ledakan. Persatuan Jurnalis Palestina menyebut, lebih dari 220 jurnalis telah gugur sejak perang pecah pada Oktober tahun lalu.

Sementara itu, militer Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan infrastruktur militan Hamas, termasuk pusat komando dan kontrol, dengan langkah-langkah yang diklaim untuk meminimalkan korban sipil.

Tidak ada tanggapan langsung dari pihak Israel terkait laporan korban di kawasan barat daya Gaza dan daerah pesisir.

Serangan terbaru itu terjadi setelah militer Israel memerintahkan evakuasi skala besar di wilayah utara, menandakan rencana operasi lanjutan untuk menghadapi militan Hamas yang mereka sebut masih aktif di kawasan itu.

Di sisi diplomatik, selain membahas prospek gencatan senjata, Ron Dermer juga diperkirakan akan mendiskusikan kemungkinan kunjungan Perdana Menteri Netanyahu ke Gedung Putih dalam waktu dekat.

Sumber-sumber diplomatik di Palestina dan Mesir mengungkapkan bahwa mediator Qatar dan Mesir telah meningkatkan komunikasi dengan kedua belah pihak. Namun hingga kini, belum ada jadwal pasti untuk dimulainya kembali perundingan damai.

Seorang pejabat Hamas menegaskan, kesepakatan hanya bisa dicapai jika Israel bersedia mengakhiri perang dan menarik seluruh pasukannya dari Gaza. Israel, sebaliknya, menyatakan perang hanya akan dihentikan jika Hamas dibubarkan dan dilucuti senjatanya — sebuah syarat yang terus ditolak oleh kelompok tersebut.

Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengklaim pihaknya telah menyetujui proposal gencatan senjata selama 60 hari dan pertukaran sandera yang diusulkan oleh AS. “Israel serius ingin mencapai kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata,” kata Saar.

Proposal AS mencakup gencatan senjata sementara selama dua bulan, pembebasan sebagian sandera Israel, serta penyerahan jenazah warga Palestina sebagai imbalannya. Hamas, dalam usulan akhir, akan membebaskan sandera yang tersisa dengan jaminan berakhirnya perang secara permanen.

Namun, hingga kini, jalan menuju perdamaian masih penuh batu sandungan, sementara korban terus berjatuhan setiap harinya di Gaza. (Ang)

Share

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *