
BALIKPAPAN – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Timur mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi selama masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Disampaikan Koordinator BMKG Kaltim yang juga menjabat sebagai Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I SAMS Sepinggan Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, bahwa masa transisi ini sering kali ditandai dengan kondisi atmosfer yang tidak stabil.
“Awan lokal yang berkembang dapat memicu hujan deras dalam waktu singkat, angin kencang, puting beliung, serta peningkatan aktivitas petir,” ucapnya.
Ia mencontohkan hujan ekstrem yang baru-baru ini melanda wilayah Melak dan Mahakam Ulu, dengan curah hujan harian mencapai 200 milimeter. Angka ini mendekati setengah dari rata-rata curah hujan bulanan di Kaltim yang berada di kisaran 300–500 milimeter.
Di sisi lain, kondisi perairan Kalimantan Timur, termasuk Selat Makassar, saat ini relatif tenang akibat belum terjadinya perbedaan tekanan udara yang signifikan antara wilayah utara dan selatan. Namun, Kukuh memperingatkan bahwa gelombang tinggi bisa terjadi dalam waktu dekat.
“Begitu angin timur dan selatan mulai dominan memasuki puncak kemarau sekitar Mei hingga Juni, tinggi gelombang akan meningkat dan dapat mengganggu aktivitas pelayaran serta nelayan,” jelasnya.
BMKG Kaltim menekankan agar masyarakat tidak berlindung di bawah pohon atau bangunan rapuh saat terjadi hujan badai. Sementara para nelayan diimbau untuk rutin memantau prakiraan cuaca dan kondisi gelombang sebelum melaut.
“Kami terus melakukan pemantauan cuaca dan akan segera mengeluarkan peringatan dini apabila kondisi memburuk,” seru Kukuh. (Pcm)