Imbas AS Berlakukan Tarif Impor 145 Persen, China Larang Maskapai Beli Pesawat Boeing

BOEING – Bagian luar 787 Dreamliner di fasilitas manufaktur Boeing di North Charleston, pada 13 Desember 2022. – Otoritas penerbangan federal sedang menyelidiki klaim oleh seorang insinyur Boeing bahwa 787 Dreamliner mengalami cacat perakitan yang mengancam keselamatan, kata pejabat AS pada 9 April 2024. Sumber foto: Logan Cyrus/AFP

BEIJING – Pemerintah China kembali melawan kebijakan tarif impor sebesar 145 persen yang dilakukaan Amerika Serikat ke negara Tirai Bambu. Pemerintah China meminta kepada maskapai nasional tidak membeli atau menyewa pesawat Boeing.

Bahkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyiapkan kenaikan tarif impor tersebut menjadi 245%.

Berdasarkan laporan Bloomberg, dikutip dari Reuters, Kamis (17/4/2025), China juga telah meminta maskapai nasionalnya untuk menghentikan pembelian peralatan dan suku cadang pesawat dari perusahaan-perusahaan AS. Informasi disampaikan oleh narasumber yang mengetahui tersebut.

Dari informasi tersebut, diketahui ada tiga maskapai besar China yang melakukan penundaan terhadap pengiriman pesawat Boeing yakni, maskapai Air China, China Eastern Airlines dan China Southern Airlines. Rencananya mereka menerima 45, 53, dan 81 pesawat Boeing antara tahun 2025 hingga 2027.

Dengan adanya pelarangan tersebut, Pemerintah China mempertimbangkan cara memberikan bantuan kepada maskapai yang menyewa pesawat Boeing dan menghadapi kenaikan biayanya.

Dampak maskapai Nasional China untuk tidak menerima pengiriman tersebut membuat saham Boeing turun 0,5% pada Selasa kemarin. Pasalnya, Boeing menganggap China sebagai salah satu pasar terbesarnya.

Perang tarif impor juga membuat industri dirgantara global kebingungan, misalnya produsen pesawat, maskapai penerbangan, dan pemasok meninjau kembali kontrak senilai miliaran dolar, setelah pemasok AS, Howmet Aerospace (HWM.N), memicu perdebatan tentang siapa yang seharusnya menanggung biaya tarif tersebut.

Bahkan beberapa CEO maskapai menyatakan mereka akan menunda penerimaan pesawat baru daripada harus membayar bea masuk.

Sementara itu para analis menyebutkan bahwa penghentian sementara pengiriman ke China tidak akan berdampak besar bagi Boeing dalam jangka pendek, karena produsen pesawat tersebut masih bisa mengalihkan pengiriman ke maskapai lain, dan karena Airbus tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi seluruh permintaan China sendirian.

Sebaliknya, China akan menghadapi kesulitan lebih besar jika melarang impor suku cadang pesawat baru dari AS untuk mendukung armada pesawat yang sudah ada, termasuk program pesawat domestiknya, C919.

“Jika China berhenti membeli komponen pesawat dari AS, maka program C919 akan terhenti atau mati,” tulis analis Bank of America, Ron Epstein. (pry)


Share

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *