Demam Berdarah di Kaltim Melonjak 1.375 Kasus, Kota Balikpapan Paling Banyak

FOGGING – Ilustrasi kegiatan fogging. Sumber foto: Net

SAMARINDA – Lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD kembali menjadi perhatian serius di Kalimantan Timur. Hingga April 2025, Dinas Kesehatan Provinsi mencatat sebanyak 1.375 kasus tersebar di 10 kabupaten dan kota, dengan tiga korban meninggal dunia. 

Meski angka ini masih tergolong wajar dibanding tahun sebelumnya, kewaspadaan masyarakat dinilai masih perlu ditingkatkan.

Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, menjelaskan  meski kasus DBD secara umum dapat ditekan, tetap ada tiga kasus kematian yang terjadi akibat keterlambatan penanganan. Ketiga kasus tersebut tercatat masing-masing satu di Kutai Barat, Berau dan Balikpapan.

“Memang dari tiga kasus yang meninggal ini rata-rata terkait dengan tidak segera membawa ke tempat fasilitas kesehatan, misalnya ke puskesmas atau ke rumah sakit terdekat. sehingga tambah ditangani,” kata Jaya.

Dia menegaskan fasilitas kesehatan yang ada di puskesmas sudah diperbaiki. Sehingga dapat menekan kasus DBD. “Harapannya karena fasilitas kesehatan yang sudah kita lakukan perbaikan dalam penanganan pengobatan DBD ini sudah bagus ya, sehingga kita bisa menekan dari tahun ke tahun angka kematian,” ujar Jaya dilansir dari RRI, Minggu (20/4/2025).

Data resmi menunjukkan Kota Balikpapan menjadi wilayah dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu 439 kasus. Disusul Kutai Kartanegara sebanyak 401 kasus dan Kutai Timur dengan 237 kasus. 

Daerah lain seperti Penajam Paser Utara, Kutai Barat, Bontang, Samarinda, Berau, Paser, dan Mahakam Ulu juga melaporkan temuan kasus dengan jumlah bervariasi. 

Namun secara umum, Dinkes menyebut angka tersebut masih dalam batas wajar, apalagi tidak ada kejadian luar biasa seperti tahun lalu di awal Januari hingga Februari.

Peningkatan jumlah kasus DBD, menurut Jaya, erat kaitannya dengan curah hujan tinggi serta kelembaban udara yang menciptakan habitat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. 

Hal ini memicu tingginya populasi nyamuk penular dengue yang menyerang warga.

Sebagai langkah pencegahan, Dinkes Kaltim kembali menekankan pentingnya penerapan pola hidup bersih serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan prinsip 3M Plus. 

Langkah ini tidak hanya sekadar menguras dan menutup tempat penampungan air, tetapi juga melibatkan pengelolaan sampah dan penambahan upaya seperti penggunaan larvasida serta pelindung tubuh.

“Ini sangat efektif kalau dilakukan setiap rumah ada yang bekerja untuk itu ya. Jadi rumah tangganya dilakukan PSN Plus ya itu akan efektif. Tapi kalau satu rumah melakukan, rumah lainnya tidak, ini kurang efektif karena nyamuk itu dia terbang sampai radius antara 100 sampai 200 meter,” ucapnya. (pry)

Share

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *