SAMARINDA – KONI Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar kegiatan penyampaian motivasi kepada atlet Pelatda yang dihadiri inspirator yakni Krisna Bayu, Olympian Judo Indonesia, bertempat di Ruang Mancong, Hotel Mesra, Samarinda, Jumat (19/7/2024).
Pada kegiatan itu turut disaksikan langsung oleh Ketua Umum KONI Kaltim, Rusdiansyah Aras dan Komandan Pelatda KONI Kaltim, Ego Arifin. Kegiatan ini sebagai ajang membentuk motivasi atlet sebelum menghadapi PON XXI/2024 di Aceh dan Sumut mendatang.
Setelah kegiatan dilaksanakan, Bayu Krisna, yang pernah meraih medali emas pada 6 Olimpiade itu menyampaikan mengenai fakta saat dirinya meraih juara dengan pedoman lagu Indonesia Raya.
“Fakta-fakta saya sebagai juara saya utarakan ke adek-adek biar termotivasi. Saya berpedoman pada ‘bangunlah jiwanya bangun lah badannya’ jadi saya melayani siapa saja tidak tertutup ruang dan waktu untuk melayani generasi muda,” ucap Bayu Krisna kepada awak media.
Dirinya pun menekankan kepada para atlet ini agar bisa menerapkan ilmu-ilmu atlet profesional agar bisa disiplin dan fokus latihan, serta memiliki rasa tanggung jawab atas kontribusinya terhadap daerah dengan meraih medali emas.
“Untuk anak-anak jadi juara cuma 1 disiplin, fokus terus bertanggung jawab atas uang rakyat yang dia pakai, bagaimana? Dia harus mendapat medali, harus dapat kehormatan bagi Kaltim, untuk memberi pandangan. Mereka sudah cukup baik tapi butuh mentalnya di dogkrak untuk menjadi pribadi juara yang excellent,” jelasnya.
Lebih lanjut, Bayu yang juga sebagai inspirator bagi para atlet ini, menerangkan soal perbedaan mental atlet sekarang dengan yang dulu. Menurutnya pada jaman dia tidak tau ada bonus ataupun dibayar, yang dirinya tau hanya memiliki kemauan yang kuat untuk menjadi sang juara.
Selain itu kendala yang dihadapi oleh atlet jaman sekarang yakni penggunaan handphone atau smartphone yang berlebihan.
“Kalau dulu anak-anak lahir dibayar atau tidak itu adalah kemauan diri sebagai juara. Kalau sekarang sejua ada regulasi negara, ada pembayaran dan dibayar itu menjadi nilai plus. Tapi kendala terbesar adalah media sosial. Gedget itu akan jadi dampak negatif untuk pengukiran sebuah prestasi kalau tidak ada petunjuk dari pelatih itu tidak akan bisa, semua hasil 6 bulan berlatih akan sia-sia karena gadget,” katanya.
Ia berpendapat penggunaan gadget secara berlebihan dapat membuat seorang atlet sedikit meluangkan waktunya untuk rehat dalam artian tidur. Sehingga saat menjalani program latihan tidak bisa maksimal.
“Waktunya tidur dia asik liat HP sampai kelelahan sedangkan atlet wajib tidur 7-9 jam kalau tidur hanya 4-5 jam denyut nadinya akan tinggi, terus kalau dipaksa latihan kan gak bisa. Gitu maksudnya,” ujarnya.
Selain memberikan motivasi dan inspirasi kepada para atlet, Bayu Krisna juga memberikan beberapa penyampaikan kepada para pelatih Pelatda dengan mengingatkan agar menjadi seorang psikolog bagi atlet. (Dy)