Pro Kontra Acara Perpisahan Pelajar dengan Konsep Wisuda

Ilustrasi

Samarinda – Acara perpisahan sekolah, jadi salah satu kegiatan rutin yang digelar oleh sekolah-sekolah. Dimana, para siswa/siswi yang selesai menyelesaikan pendidikannya, diberikan gelaran seni pertunjukan oleh para adik tingkatnya.

Jika ditarik beberapa tahun pada era 90an dan 2000an, dikenal sebagai Pentas Seni (pensi). Menampilkan pertunjukan seni musik, tari dan sebagainya.

Memasuki tahun 2020an ini, pensi mulai sedikit berubah. Dimana banyak sejumlah sekolah memberikan konsep, seperti wisuda.

Hal ini menjadi pro dan kontra bagi sejumlah orang tua murid. Dimana mereka harus mengeluarkan uang untuk menyewa baju toga ataupun membelinya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Akhmed Reza Pahlevi mengatakan, acara kelulusan sekolah khususnya tingkat pelajar dikemas tanpa membebankan biaya lebih.

“Saya juga memahami kekhawatiran terkait keberlebihan biaya dan hilangnya kesakralan acara wisuda di perguruan tinggi,” katanya, Rabu (8/5/2024) kemarin.

Selain itu, dirinya menjelaskan jika acara wisuda merupakan pemberian gelar atau titel kepada para mahasiswa/mahasiswi yang telah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi.

“Kesakralan acara wisuda di perguruan tinggi seharusnya tetap dihormati dan dijaga, sehingga acara kelulusan sekolah tidak mengurangi makna dari acara wisuda yang sebenarnya,” jelasnya.

Dirinya pun berharap, agar sekolah bijak dalam memberikan konsep acara perpisahan kepada murid-muridnya.

“Penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan antara merayakan pencapaian anak-anak dan mempertimbangkan dampaknya secara finansial. Saya menyarankan agar sekolah mengadakan acara kelulusan yang sederhana namun bermakna, tanpa perlu menyewa toga atau mengeluarkan biaya yang terlalu tinggi,” tutupnya. (Titi)

Share

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *