Politik Lucu di Balikpapan

Oleh : Imaduddin Abdur Rachim, Masyarakat Balikpapan.

Pilkada serentak bakal digelar pada 9 Desember 2020, termasuk Pilkada Kota Balikpapan. Sudah tentukan pilihan mu? sayangnya, dalam Pilkada Balikpapan kali ini tidak banyak pilihan, bahkan bisa dikatakan tidak ada.

Hanya ada satu Paslon, yaitu Rahmad Masud dan Thohari Ajiz. Hal ini membuat kekecewaan dikalangan masyarakat, yang pada akhirnya membuat gerakan Kolom Kosong atau Kokos. Kokos disini bukan kartun ya.

Gelombang gerakan dan simpatisannya pun bisa dibilang semakin besar. Tapi disini saya tidak ingin berada disalah satu kubu, baik kubu Paslon maupun kubu Kokos.

Saya mencoba berada ditengah-tengah sebagai kaum masyarakat awam yang kalau jalan ke melawai beli salome sepuluh ribu saja hehe.

Balik lagi, sebenarnya saya pribadi menyebut pilkada tahun 2020 ini tidak seasik tahun-tahun sebelumnya. Sejatinya, kota Balikpapan ini banyak tokoh yang mampu bersaing satu dengan yang lainnya.

Harusnya pertarungan pilkada bisa menjadi ajang bagi para tokoh berkompeten untuk saling adu ide dan gagasan untuk membangun Kota Minyak ini. Tapi kenyataannya? Yaaah, Pilkada tahun ini saya bilang lucu.

Lucu sekali, politik di Balikpapan yang nyatanya hanya muncul satu paslon. Lucunya partai politik yang menjadi kunci, calon mana yang bisa maju atau tidak, dan sekarang semua partai berbondong-bondong ke satu paslon yang notabennya kader dari partai lain.

Apakah ini bukti kalau kaderisasi partai-partai di Balikpapan telah gagal, karena tidak bisa memunculkan sosok kadernya atau tokoh dari partainya sendiri. Memang kalau namanya pilkada toh harus hitung-hitung kursi di dewan baru bisa mengajukan calon.

Tapi dari hitungan pribadi saya (maaf kalau salah) setidaknya muncul 2 paslon jika melihat jumlah kursi yang ada. Tahun 2015 saja Pilkada Balikpapan menghadirkan 3 calon, masa 2 calon saja tidak bisa tahun ini.

Nah dari sini, saya lihat menjadi alasan masyarakat untuk kecewa dengan partai politik yang ada di Balikpapan. Salah paslon? Tentu tidak, saya tidak menyalahkan paslon, bahkan kagum dengan konsistensinya membangun basis masa, merangkul, dan komunikasi publiknya kepada masyarakat.

Tapi, nah ini yang menjadi catatan bagi saya, kepada seluruh relawan ataupun timses. Terkadang yang membuat calon anda tergerus suaranya atau tidak mendapat simpatik ya karena aktifitas dan implementasi mereka di lapangan atau media sosial.

Mengapa tidak, saya sering perhatikan dimedsos, baik instagram ataupun facebook, pendukung dua kubu, baik paslon dan kokos saling beradu argument yang bahkan menjurus kesaling mengancam dan menjatuhkan. Waduuuh, jangan sadis-sadis lah bang dimedsos.

Bahkan penggunaan jasa buzzer semakin menjadi. Nah, yang begini ini merusak demokrasi, berargumen lah dengan satun santai, bisa kok, tanpa harus mencak mencak, bahkan dibeberapa kasus sampai putus hubungan pertemanan gara-gara beda pandangan politik.

Ayolah, dewasa dalam berpolitik, kalian kan mau menangkan paslon, ayo dong jangan seperti paling “abang jago” gitu, hargai pilihan politik orang lain. Kubu kokos juga, sudah lah, kalau pilih kokos ya sudah, tidak perlu koar koar menjatuhkan paslon lainnya.

Memang yang saya lihat, kebanyakan masyarakat yang memilih kokos karena sikap kekecewaannya terhadap demokrasi di Balikpapan. Tapi tetap hati-hati, jangan sampai ketulusan kalian yang memilih kokos dimanfaatkan oleh sekelompok orang.

Bosku, kampanye kokos saya lihat tidak murah juga, sampai pasang banner dan spanduk besar dimana mana artinya ada biaya dalam kampanye kokos itu. Tentu ada yang memodali, tapi saya kada tahu, dan saya tidak mau tau.

Singkat cerita, kita bisa kok buat perpolitikan Balikpapan lebih baik tanpa saling menjatuhkan. Saling menghargai pilihan, karena kota Balikpapan itu masyarakatnya beragam, toh tidak bisa disamakan semua isi kepala.

Biarkan keberagaman itu menjadi identitas kita Kota Balikpapan. Dan ingat, jangan merasa paling betul sendiri, saya pun juga tidak menyebut diri saya betul, mungkin dari tulisan saya juga ada yang tidak sependapat, tidak masalah, inilah indahnya berdemokrasi.

Sebagai penutup, ada yang bilang politik itu kotor, seperti kopi yang dicampur ke dalam susu putih, susu putih itu akan berubah menjadi kecokelatan. Namun mereka lupa kopi susu itu lebih enak.

Ya begitu lah politik, kandang “enak” bagi sebagian orang, namun kebijakan politik terkadang bikin “eneg” sebagian orang lainnya. Namun ada satu kutipan menarik yang menurut saya cukup relevan saat ini.

“Politik modern lebih mengedepankan taktik dan diplomasi, tawar-menawar dan timbang-menimbang, berusaha mencari pemecahan yang paling adil, supaya tidak harus berperang,” – Maisie Junardy.

Selamat berdemokrasi, selamat berpilkada kawan !

Share

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *