
SAMARINDA – Sejak awal tahun 2020 hingga akhir bulan Mei ini tercatat sudah 3 kali Kota Samarinda mengalami bencana banjir. Pertama di Bulan Januari, Maret, dan akhir bulan Mei ini.
Melihat kondisi tersebut rupanya membuat warga yang terdampak banjir musiman itu mengaku pasrah saat ini. Seperti yang diungkapkan Nurliana (35) warga Gang Nibung RT 22, Kelurahan Temindung Permai, Kecamatan Sungai Pinang yang mengatakan, akibat adanya virus corona dan ditambah lagi dengan adanya banjir semakin membuat perekonomian keluarganya turun drastis.
“Merosot mas. Bukan merosot lagi, terjun payung mas. Susah banget sekarang, apalagi ada corona dan banjir ini,” ungkapnya, Rabu (27/5/2020) siang.
Ibu dari 3 anak tersebut diketahui bekerja sehari-hari sebagai pengupas bawang di Pasar Segiri. Pada saat ini sangat sepi pemesanan, dikarenakan banyak rumah makan yang tidak bisa beroperasi sementara waktu.
“Kalau ada corona gini ngupasnya sepi, tidak ada yang memesan,” serunya.
Senada dengan hal tersebut, M Yani (67), pria yang berprofesi sebagai supir angkot ini cukup pasrah dengan kondisi banjir yang sudah sering kali terjadi. Yani yang sudah tinggal di Gang Nibung sejak tahun 1997 tersebut, hanya bisa berharap kepada Pemerintah untuk bisa lebih konsisten dalam penanganan banjir di kota tepian.
“Dibilang sedih ya sedih. Kalau memang banjir sudah kebiasaan mulai dulu dan berung kali sama. Terus ditambah corona lagi. Kita tinggal mengharapkan ke pemerintah daerah saja. Kita harapnya ya pemerintah bisa konsisten. Awalnya mau diturap tapi tidak jadi. Mau ganti lagi wali kotanya. Kita harapanya sungai ini bagus, kan para pejabat tiap hari lewat sini,” jelasnya.
Keduanya merupakan salah satu dari korban banjir yang melanda Kota Tepian Samarinda. Meski begitu, mereka juga sepakat bahwa urusan banjir bukan hanya urusan Pemerintah Kota semata, melainkan seluruh stakeholder juga masyarakat Samarinda itu sendiri untuk saling menjaga kebersihan dan pembangunan di Samarinda. (titi)