SAMARINDA – Puncak pandemi COVID-19 di Samarinda diprediksi akan terjadi berbarengan saat bulan suci Ramadhan seperti saat sekarang . Hal itu disampaikan langsung oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda, Ismed Kosasih, Sabtu (25/4/2020) siang.
Ismed mengatakan puncak pandemi tersebut berdasarkan perhitungan dari Dinkes Samarinda dalam kurun waktu dua sampai empat minggu kedepan. Dan pihaknya berusaha untuk mengantisipasi akan hal tersebut.
“Kembali lagi ke kita, apakah siap atau tidak, tentunya dari sisi kesehatan,” serunya.
Mengenai antisipasi yang dilakukan menurut Ismed adalah dengan membuka Rumah Sakit Karantina covid-19 yang saat ini berada di Bapelkes. Tentu hal ini akan semakin memudahkan tim medis, dan juga agar tim medis tidak kewalahan nantinya.
“Salah satu bentuknya seperti kita membuka Rumah Sakit Karantina Covid-19 di Bapelkes. RS ini dapat menampung hingga 80 pasien dalam pengawasan (PDP) atau terkonfirmasi Covid yang ringan. Jadi dari awal kita sdh mengantisipasi,” terangnya.
Lebih lanjut, kata Ismed, RS Karantina Covid-19 itu juga dibangun agar ketika puncak pandemi di Samarinda terjadi, tenaga medis rumah sakit rujukan seperti RSUD AWS dan RS IA Moies memiliki tenaga yang cukup untuk merawat pasien-pasien tersebut.
“Sekali lagi ini perhitungan ‘manusia’ saya tidak mau mendahului atau optimisme yang berlebihan, paling tidak dengan kapasitas RS Karantina InsyaAllah kita mampu melewatinya,” lanjutnya.
Ia juga mengklaim bahwa sejauh ini perhitungan dari Dinkes Samarinda sejauh ini, sesuai dengan kejadian yg terjadi di Kota Tepian.
“Prinsip dasar penanganan Covid-19 itu
Physical distancing, Work From Home (WFH), perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan menggunakan sabun, dan selalu pakai masker jika memang harus melakukan aktivitas di luar rumah. Sehingga kita dapat memperlambat selama mungkin transmisi lokal, dan juga mencegah kematian di Samarinda,” tegasnya.
Ismed menuturkan saat ini pasien Covid-19 yang di rawat di RSUD AWS dan IA Moeis di Samarinda tidak ada yang tergolong berat.
“Tergolong Covid-19 berat seperti yang membutuhkan ventilator, itu tidak ada,” pungkasnya. (titi)