SAMARINDA – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesian (GMNI) kini telah berusia 66 tahun, sejak didirikan 23 Maret 1954 lalu. Pasang surut organisasi pun telah dilalui hingga sekarang namun semangat marhaenisme tetap menggelora disetiap kader-kader sehingga proses kaderisasi dan pola gerak tetap ada.
GMNI tetap ada di barisan-barisan perlawanan terhadap sistem kapitalisme yang semakin banyak merenggut lahan-lahan rakyat, menggusur petani, merusak alam dengan eksploitasi industri yang tidak berpihak pada kesehjateraan masyarakat. Ini menjadi tantangan yang besar bagi GMNI saat ini untuk tetap berada dan konsisten pada jalur perjuangan buruh dan tani apa lagi di tengah pola ekonomi yang semakin liberal.
Dalam press release DPC GMNI Kota Samarinda, Senin (23/3/2020), usia 66 tahun tidak membuat GMNI besar kepala ataupun congkak dengan usia persebut. Sejatinya para kader melihat dengan seksama masalah sosial yang tengah terjadi saat ini.
Ya, Indonesia saat ini tengah dihadapi kasus penyebaran virus corona atau covid-19 yang terus memakan korban.
Dengan demikian Dies Natalis GMNI yang ke 66 tahun bukan perayaan, melainkan sebagai bentuk kepedulian terhadap situasi yang semakin memburuk saat ini. Mereka pun berharap masyarakat untuk tetap tenang untuk menjaga kondusifitas saat ini agar tidak terjadi kepanikan diantara masyarakat.
Karenanya DPC GMNI Kota Samarinda menyampaikan beberapa pernyataan sikap antara lain :
1) Negara harus hadir untuk melindungi warga negaranya dalam pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan warganya.
2) Pemerintah menyediakan layanan kesehatan secara gratis terhadap masyarakatnya.
3) Pemerintah harus memikirkan, mendistribusikan bahan makanan pokok dan melakukan pemberdayaan di sektor pertanian demi menyelamatkan ketahanan pangan.
4) Pemerintah segera melakukan penyeprotan disinfektan.
5) Batalkan pembahasan Omnibus dalam sidang paripurna dan segera fokus untuk menangani masalah darurat covid-19. (rls)