Bank Indonesia Balikpapan Sebut Tekanan Inflasi Saat Ramadhan Diwaspadai

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi (kiri), memberikan keterangan kepada wartawan.

BALIKPAPAN – Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) kembali mencatat deflasi pada Februari 2025. Berdasarkan rilis terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Balikpapan mengalami deflasi sebesar 0,10 persen (mtm), sementara Kabupaten PPU mencatat deflasi lebih dalam, yaitu 0,45 persen (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi, mengungkapkan bahwa deflasi di kedua daerah ini terutama didorong oleh turunnya harga di kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga.

“Penurunan tarif listrik menjadi faktor utama deflasi karena kebijakan diskon 50 persen untuk pelanggan daya hingga 2.200 VA yang berakhir Februari 2025,” jelas Robi dalam keterangan tertulis, Kamis 6 Maret 2025.

Selain tarif listrik, beberapa komoditas lain turut menyumbang deflasi di Balikpapan, seperti daging ayam ras, kangkung, tomat, dan ikan bandeng.

Harga daging ayam ras turun akibat pasokan yang stabil, sementara penurunan harga kangkung dan tomat dipengaruhi oleh meningkatnya produksi seiring dengan berkurangnya curah hujan.

“Kondisi cuaca yang mendukung juga meningkatkan hasil tangkapan nelayan, sehingga pasokan ikan bandeng melimpah,” tambahnya.

Di Kabupaten PPU, komoditas utama penyumbang deflasi juga mencakup tarif listrik, daging ayam ras, tomat, serta ikan kembung dan cumi-cumi.

“Penurunan harga beberapa jenis ikan terjadi karena hasil tangkapan yang meningkat berkat cuaca yang bersahabat,” jelasnya lebih lanjut.

Namun, tidak semua harga mengalami penurunan. Beberapa komoditas di Balikpapan justru mengalami kenaikan harga, seperti angkutan udara, emas perhiasan, minyak goreng, beras, dan cabai rawit.

“Lonjakan harga tiket pesawat dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan selama libur sekolah awal Ramadan,” kata Robi.

Ia juga menambahkan bahwa kenaikan harga minyak goreng dan beras lebih banyak disebabkan oleh kenaikan harga dari distributor.

Di PPU, lima komoditas utama yang mengalami inflasi adalah semangka, ikan layang, kangkung, ikan tongkol, dan cabai rawit.

Kenaikan harga ikan layang dan ikan tongkol terjadi karena meningkatnya permintaan menjelang Ramadan, sementara harga cabai rawit melonjak akibat pasokan yang terganggu oleh curah hujan tinggi di daerah penghasil.

Meski saat ini terjadi deflasi, Bank Indonesia Balikpapan tetap mengingatkan bahwa periode Ramadan dan Idul Fitri mendatang berpotensi meningkatkan permintaan dan mendorong inflasi.

“Hasil survei kami menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi masih optimis, meskipun ada sedikit perlambatan dibanding bulan sebelumnya,” ungkap Robi.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Balikpapan pada Februari 2025 tercatat sebesar 129,9, menunjukkan tingkat optimisme yang masih kuat.

Untuk menjaga stabilitas harga, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan dan Kabupaten PPU telah menyiapkan sejumlah strategi.

“Kami akan terus memperkuat sinergi melalui high-level meeting TPID, memperkuat kerja sama antar daerah, serta menggelar operasi pasar dan pasar murah secara intensif,” tutur Robi.

Lebih lanjut, BI juga akan mendorong pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura serta melaksanakan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

“Upaya ini bertujuan agar inflasi daerah tetap terkendali dalam rentang sasaran nasional, yaitu 2,5 persen ± 1 persen,” pungkasnya. (Pcm)

Share

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *