SAMARINDA – Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat yang sangat dibutuhkan untuk menjaga para tenaga medis agar tidak terpapar penyakit COVID-19, meskipun saat ini di kota Samarinda penyebarannya menurun.
Bentuk penularan virus tersebut bisa melalui 3 hal yaitu, droplet atau cipratan dari air liur, kontak secara langsung dengan pasien dan airbone saat tindakan yang menimbulkan aerosol, seperti pengambilan sampel laboratorium.
Sehingga, untuk mempersiapkan kebutuhan perlengkapan tersebut Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Provinsi Kaltim mengadakan bimbingan teknis kepada Industri Kecil Menengah (IKM) untuk membuat APD Baju Hazmat yang sesuai dengan standar kesehatan.
Bimbingan yang diselenggarakan di Gedung Graha Ruhui Rahayu di jalan Ir. H Juanda, Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Samarinda Ulu diadakan selama lima hari, dari tanggal 8 hingga 12 Juni 2020.
Putri Mia Minarti, Instruktur Grameen Apparel BLK Samarinda, mengatakan para peserta latihan diberdayakan untuk membuat baju hazmat dan masker.
“Hari ini kami bekerjasama dengan Dinas Perindagkop dan UKM Provinsi Kaltim untuk mengadakan bimbingan. Apalagi kita sudah masuk “new normal” yang dimana masker sekarang menjadi kebutuhan sehari-hari kita,” kata Mia kepada awak media, Senin (8/6/2020) siang.
Wanita yang akrab disapa Mia menjelaskan baju hazmat sendiri memiliki bahan yang khusus dan berbeda dengan baju-baju lainnya.
“Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat baju hazmat itu khusus, dari kainnya sendiri itu menggunakan kain spunbond 75 gram yang medium,” jelasnya.
Kain jenis spunbond ini dipilih karena memiliki keunggulan tidak tembus air dan ada lapisan plastik. Sehingga besar kemungkinan, para tenaga medis tidak terpapar virus corona.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk pembuatan baju ini memiliki teknik tersendiri karena harus membuat ukuran yang dapat dipakai oleh siapapun.
“Karena baju hazmat ini dibuat all size atau semua badan bisa masuk. Dan untuk buka tutupnya menggunakan ritsleting bukan kancing. Untuk di ritsletingnya ada dikasih kain lagi jadinya double. Karena kan harus benar-benar tertutup rapat,” ucapnya.
Untuk meminimalisir kesalahan dalam pembuatan baju hazmat dilakukan proses pengecekkan kembali untuk mengetahui apakah ada lubang di baju tersebut.
“Kita cek ulang sebanyak dua kali. Sebelum di packing dan sesudah. Untuk memeriksa apakah ada yang bolong atau tidak saat proses pembuatannya. Soalnya jika ada bolong sedikit aja itu sudah tidak lolos,” tuturnya.
Jika terdapat kerusakan seperti ada bolong, maka dilakukan perbaikan dengan menutupnya dengan solatip khusus.
“Untuk menutupi lubang kecil itu kita ada menggunakan solatip khusus. Karena sudah terlanjur dibuat daripada tidak terpakai sama sekali, kita beri solatip itu sendiri,” tutupnya. (Titi)