Merebaknya pandemi COVID-19 telah memaksa Depdikbud mengeluarkan kebijakan bahwa semua sekolah dari semua jenjang pendidikan harus menggunakan sistem belajar jarak jauh (SBJJ). Perubahan kebijakan ini juga terjadi dan dilaksanakan di jenjang pendidikan anak usia dini. Perubahan yang terjadi adalah peran pengajar telah berpindah ke para orang tua murid. Peran guru berubah menjadi perancang dan fasilitor kegiatan belajar bagi para orang tua murid dan muridnya untuk mau terus belajar di rumah. Perubahan lainnya adalah para guru PAUD harus menyiapkan materi belajar menggunakan aplikasi digital yang ada di telephone genggam (Buku Program Temu Ilmiah Nasional Guru (Ting) XII : hal.43). Tidak hanya berkembangnya bidang ICT, abad ke-21 guru dituntut untuk melek teknologi bersamaan pada era pandemi COVID-19 dalam dunia pendidikan khususnya perkembangan anak dari lingkungan yaitu keterlibatan anak, penggunaan strategi pembelajaran yang efektif serta faktor emosional guru dalam mendukung perkembangan anak (Kim et al. 2019; Seidman et al., 2018).
Pada eksplorasi ICT saat ini telah menjadi acuan pendidikan dalam upaya mengembangkan model pembelajaran yang dikenal dengan TPACK (Technological, Pedagogical, Content Knowledge). TPACK sendiri adalah sebuah framework (kerangka kerja) dalam mendesain model pembelajaran baru dengan menggabungkan tiga aspek utama yaitu teknologi, pedagogi dan konten/materi pengetahuan (ontologis). Dimana pada era pandemi COVID-19 eksplorasi ICT dalam perspektif Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) memiliki kelebihan dalam menunjukkan konsistensi dalam pengintegrasian penggunaan teknologi ke dalam konteks yang berbeda,dengan eksplorasi integrasi TIK di ruang kelas dengan menekankan keterkaitan antara teknologi, pedagogi dan konten, kerangka kerja ini memiliki fondasi teoretis yang cukup mapan.. Dengan terus menyadari tiga aspek utama (teknologi, konten, pedagogis) kegiatan di kelas dapat dilacak dan dianalisis (Stoilescu (2015: 542-543). Hal ini berlaku pada guru jenjang apapun, salah satunya yaitu guru pendidikan anak usia dini.
Disini ditemukan bahwa di tengah pandemi COVID-19 masih ada pendidik PAUD yang tidak melaksanakan tugas mengajar karena keterbatasan penguasaan aplikasi pembelajaran online. Dari data ditemukan bahwa sebanyak sebanyak 85,3% atau 81 pendidik PAUD melaksanakan proses pembelajaran online di tengah pandemi COVID-19 sedangkan sebanyak 14.7% atau 14 pendidik PAUD tidak melaksanakan proses pembelajaran online di tengah pandemi pandemi COVID-19 (Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 2021). Hal ini menunjukan bahwa guru PAUD tidak mampu melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik dikarenakan adanya tantangan yang harus di hadapi di era pandemi COVID-19 ini. Guru PAUD telah berupaya merancang berbagai kegiatan belajar untuk orang tua dan murid sehingga proses belajar mengajar bisa diusahakan untuk semaksimal mungkin.
Tantangan dari dampak Positif pandemi COVID-19 memberikan tuntutan guru “dipaksa” melek teknologi dalam pembuatan desain pembelajaran, pelaksanaan dan Asesment.
Dalam hal ini salah satu aspek pengembangan anak usia dini yang harus dibantu pengembangannya oleh para guru PAUD adalah aspek fisik motorik. Adanya musibah pandemi COVID-19 membuat semua guru PAUD harus mengajar secara jarak jauh menggunakan berbagai cara. Dalam Penelitian dilakukan kolaborasi lima guru PAUD tentang strategi yang dilakukan untuk membantu muridnya mengembangkan aspek fisik motoriknya.
Penelitian kolaborasi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan meminta para guru merefleksi diri, menganalisis dokumen yang mereka miliki dan diskusi dengan para guru PAUD yang mengajar. Dalam data tersebut mengungkapkan bahwa walau secara jarak jauh, mereka tetap dapat mengarahkan orang tua murid untuk mengajarkan anak-anak untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik murid dengan menggunakan pendekatan dialog ke orang tua dan murid. Bentuk pengembangan fisik motorik seperti anak menulis, mewarnai, membuat beberapa hasil karya, melompat, dan berlari.
Dari analisis eksplorasi tersebut tim peneliti dapat mengetahui bahwa belajar dan mengajar secara jarak jauh itu memang tidak mudah akibat dari adanya peran guru yang berpindah ke para orang tua murid. Banyak orang tua merasa bahwa mengajar anak untuk tetap mau belajar di rumah itu bukanlah suatu hal yang mudah (Buku Program Temu Ilmiah Nasional Guru (Ting) XII : hal.44). Darling (dalam Mappapoleonro, 2019) guru abad 21 dituntut untuk melaksanakan dan mempu membangun hubungan efektif dengan anak, orang tua dan masyarakat, guru mampu menggunakan teknologi dalam meningkatkan mutu pengejaran, serta melakukan refleksi dan perbaikan praktek pembelajaran secara terus-menerus. Namun pada kenyataannya dalam situasi pandemi COVID-19, dimana kemajuan teknologi menjadi poin penting dalam proses belajar mengajar menjadi hambatan atau tantangan utama bagi guru PAUD itu sendiri, dikarenakan kurangnya kemampuan guru PAUD memahami teknologi.
Adapun peluang yang bisa dilakukan oleh guru PAUD untuk meningkatkan profesionalitasnya di era pandemi COVID-19 dengan melakukan upaya yaitu mampu menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Selanjutnya mampu menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, dan dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk proses pembelajaran. pandemi COVID-19 juga memberikan peluang untu para guru untuk lebih terampil menggunakan teknologi untuk menjadi perencana dan fasilitator kegiatan belajar muridnya. Dan adanya kerjasama guru dan orang tua yang baik dapat membuat program belajar mengajar untuk anak PAUD tetap berlangsung dengan baik walau ada beberapa hambatan yang menjadi tantangan bagi para guru PAUD. Upaya ini melahirkan kebijakan untuk tetap belajar di rumah saja. Termasuk dalam pembelajaran, yaitu dengan menerapkan pembelajaran dari rumah (Learning from Home/LFH). Sebagai sarana komunikasi antara guru dan anak didik, berbagai aplikasi teknologi menjadi pilihan.dimana system ini diharapkan orang tua lebih intensif terlibat dalam pendidikan anaknya serta perlu dilakukan kajian mendalam tentang pelaksanan LFH yang ideal bagi pendidikan anak usia dini dan sesuai dengan karakter anak. (Buku Program Temu Ilmiah Nasional Guru (Ting) XII : hal.47)
Dalam menghadapi lemahnya kemampuan guru PAUD dalam memahami teknologi diungkapkan bahwa, banyak guru PAUD yang tidak menguasai teknologi informasi komunikasi (TIK). Kalaupun menguasai TIK masih berada di tingkatan kemampuan pedagogik. Bukan untuk mengembangkan kompetensinya itu sebabnya, kami akan memperbanyak pelatihan bagi guru PAUD dalam penguasaan teknologi informasi,” (Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kemendikbud Muhammad Hasbi Sabtu (16/5).
Penulis sendiri menyadari kondisi inilah yang membuat guru PAUD kesulitan memberikan pelajaran kepada anak didiknya saat belajar di rumah. Padahal, lewat teknologi, guru bisa memberikan arahan kepada orang tua untuk mengajarkan anak-anaknya di rumah. Hal itu menjadi tantangan bagi pendidik di masa pandemi COVID-19. Dalam memberikan program pelatihan TIK guru PAUD bisa meningkatkan kompetensinya, agar bisa meningkatkan kualitas guru (Wakil Ketua PPA Majelis Dikdasmen Dr Chandrawaty M.Pd mengapresiasi langkah Kemendikbud).
Penulis menambahkan, guru PAUD harus bisa menggunakan teknologi apalagi di masa pandemi COVID-19. Guru bisa memandu orang tua saat belajar di rumah. Misalnya dengan memberikan kisi-kisi kepada orang tua bagaimana model pembelajaran. Adanya pengaruh latar belakang guru PAUD yang secara signifikan masih dikatakan belum profesional di era pandemi COVID-19. Namun, pada sisi pendidik anak usia dini menyikapi fenomena rendahnya profesionalisme guru PAUD itu sendiri, justru karena guru PAUD kurang dalam penguasaan terhadap bahan ajar dan aplikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran daring yang saat ini kurang terfokuskan, sehingga hal itu menjadi bentuk tantangan tersendiri bagi guru PAUD pada masa pandemi. Mirisnya, dampak pandemi COVID-19 membuat pendidik anak usia dini pun ketakutan terutama pendidik yang telah memiliki sertifikat pendidik sebagai bukti telah tersertifikasi oleh Kemendikbud sebagai pendidik professional (Fachrul,2020).
Berdasarkan data suatu penelitian yang ada terlihat sebanyak 68,4% atau 65 pendidik PAUD menguasai aplikasi pembelajaran online dan sebanyak 31,6% atau 30 pendidik PAUD yang belum menguasai aplikasi pembelajaran online. Penguasaan aplikasi pembelajaran online oleh pendidik PAUD di tengah pandemi COVID-19 ini sangatlah dibutuhkan sehingga pendidik bisa tetap mengajar secara profesional.Dan terlihat bahwa sebanyak 85,3% atau 81 pendidik PAUD melaksanakan proses pembelajaran online sesuai dengan RPPH yang telah dibuat sedangkan sebanyak 14.7% atau 14 pendidik PAUD melaksanakan proses pembelajaran online tidak sesuai dengan RPPH yang telah dibuat. Dari suatu penelitian yang telah dilakukan ditemukan data bahwa terlihat bahwa sebanyak 85,3% atau 81 pendidik PAUD menggunakan aplikasi WA grub dalam proses pembelajaran online, sebanyak 5,3% atau 5 pendidik PAUD menggunakan aplikasi zoom dalam proses pembelajaran online, 1,1% atau 1 pendidik menggunakan email dalam proses pembelajaran online dan yang lainnya ada yang menggunakan aplikasi online yang lain dan ada yang tetap tatap muka tanpa menggunakan aplikasi untuk melakukan pembelajaran (Evektifitas Pembelajaran Online Pendidik PAUD di Tengah Pandemi COVID-19:Hal,690)
Hasil survey tersebut memberikan gambaran bahwa pendidik paud profesional mengarah pada alasan :
- Pendidik anak usia dini tetap bisa mengajar secara profesional di era digital
- Pendidik anak usia dini mampu melakukan pembelajaran online sesuai RPPH
Untuk sikap-sikap pendidik anak usia dini yang belum dikatakan profesional dengan sebab alasan : - Pembelajaran online yang dilakukan oleh pendidik PAUD masih tidak efektif
- Pendidik PAUD belum dapat menggunakan stategi pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan ilmu secara daring apa lagi anak-anak PAUD yang tingkat mood nya selalu berubah-ubah dan cepat bosan.
- Pendidik PAUD belum mampu menguasai aplikasi pembelajaran online di abad 21.
Oleh sebab itu, kefektivitasan pembelajaran online pada Lembaga PAUD di tengah pandemi COVID-19 belum berjalan efektif. Dari hasil temuan penelitian bahwa masih ada pendidik PAUD yang tidak menjalankan pembelajaran di tengah pandemi COVID-19. Pendidik PAUD menjalankan pembelajaran online sebagian sudah memperhatikan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yang telah dibuat sehingga indikator-indikator pembelajaran bisa terukur. Masih banyak pendidik PAUD yang belum mahir menggunakan aplikasi pembelajaran online. Metode pembelajaran yang digunakan masih dominan pemberian tugas kepada peserta didik. Banyak pendidik PAUD yang tidak setuju dengan pembelajaran online karena tidak efektif.
Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada pendidik anak usia dini bahwa pembelajaran online yang diberikan di era kemajuan teknologi abad 21 di tengah pandemi harus memiliki kemampuan dan professional yang tinggi karena pendidik PAUD dituntut untuk melaksanakan dan mempu membangung hubungan efektif dengan anak, orang tua dan masyarakat, guru mampu mengunakan teknologi dalam meningkatkan mutu pengajaran, serta melakukan refleksi dan perbaikan praktek pembelajaran secara terus-menerus.