Megathrust Pecah, Wilayah Pesisir Jakarta Digulung Tsunami

Foto: Peta Megathrust Ancam RI. Sumber: (Dok. BMKG)

Jakarta, Kaltimedia.com – Gelombang tsunami setinggi 1,8 meter menerjang kawasan pesisir utara Jakarta pada Minggu (26/10/2025) pagi, setelah pecahnya segmen megathrust di selatan Jawa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan gelombang terjadi akibat gempa berkekuatan magnitudo 8,1 yang berpusat di Samudra Hindia.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa fenomena ini merupakan hasil dari pelepasan energi besar pada zona megathrust di selatan Jawa.

“Megathrust merupakan zona di mana lempeng samudra menyusup ke bawah lempeng benua. Tekanan yang tersimpan di kawasan ini sangat besar dan bisa dilepaskan secara tiba-tiba dalam bentuk gempa kuat yang berpotensi memicu tsunami,” sampainya.

Dwikorita menegaskan bahwa megathrust selatan Jawa memiliki potensi magnitudo hingga 8,8. Ia juga menjelaskan bahwa segmen Selat Sunda adalah salah satu yang paling aktif.

“Untuk wilayah Selat Sunda dan sekitarnya, tsunami bisa sampai hanya dalam waktu 40 menit. Tapi untuk Jakarta, gelombang umumnya datang sekitar dua jam setelah gempa,” ungkapnya.

BMKG juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat di wilayah pesisir. “Ancaman ini nyata dan bisa terjadi kapan saja tanpa tanda-tanda awal. Yang paling penting adalah kesiapsiagaan, bukan kepanikan,” tegas Dwikorita.

Senada dengan BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) turut mempublikasikan hasil simulasi terbaru mengenai ancaman tsunami akibat pecahnya megathrust di selatan Jawa.

Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, mengatakan bahwa energi tektonik yang tersimpan di zona subduksi terus meningkat dan berpotensi dilepaskan sebagai gempa besar.

“Jika energi di segmen megathrust Selat Sunda dilepaskan secara tiba-tiba, tsunami bisa menjalar ke utara dan mencapai pesisir Jakarta sekitar 2,5 jam setelah gempa,” paparnya.

Nuraini menambahkan bahwa ketinggian gelombang di Jakarta berkisar antara 1 hingga 1,8 meter, sementara di pesisir selatan Jawa mencapai 20 meter.

“Model kami menunjukkan adanya potensi besar dampak multiwilayah, dari Pandeglang hingga utara Jakarta,” ujarnya.

BRIN juga menekankan pentingnya mitigasi struktural dan ekosistem. “Tanggul penahan gelombang, penanaman mangrove, serta tata ruang pesisir berjarak aman dari laut harus segera diwujudkan,” tambah Nuraini dalam konferensi pers bersama BMKG dan BNPB.

Kepala BNPB, Suharyanto, menyebutkan bahwa tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, namun ratusan warga dari wilayah Muara Angke dan Marunda sempat dievakuasi ke tempat aman.

“Kami sudah aktifkan siaga darurat untuk pesisir Jakarta Utara dan pastikan logistik tersedia di titik pengungsian,” jelasnya.

Sementara itu, Hasan (45), warga Muara Angke, menggambarkan detik-detik gelombang datang. “Suaranya seperti gemuruh besar dari laut. Air naik cepat, kami langsung lari ke masjid,” pungkasnya. (AS)

Sumber: (CNBC Indonesia)

Share

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *